Hai, Assalammualaikum sahabat pembaca semua.
Setelah sekian lama ga nulis dan setelah tulisan terakhir berisi kegalauan. Kini Peri hadir kembali menyapa semua pembaca.
Kali ini, Alhamdulillah hubunganku dgn Mas sudah membaik dan semakin membaik. Tepatnya sejak dia balik dari Umroh (dapat hidayah mungkin ya disana. Hehehe). Alhamdulillah niatan kami untuk menikah pun semakin kuat. Kami sudah mulai menyusun rencana perhitungan dan lain sebagainya. Tapi, yang saat ini membuat kami pusing dan (bisa dibilang hopeless) adalah karena masalah finansial.
Sudah sejak 2 bulan terakhir ini, Online Shop aku sepi banget banget. Jadi, akhir Agustus 2017 tiba-tiba akun Instagram aku dihapus gitu sama pihak Ig, ga tau alasannya kenapa. Emang sih followernya belum ratusan K, masih sekitar 15k. Tapi followernya itu banyak yang aktif, karena aku kan juga sering promosi ke selebgram menggunakan akun itu. Sebenernya aku punya akun lain, yang aku juga gunakan untuk berjualan. Tapi karena fokus sama Ig (yg sekarang hilang), Ig lama itu jadi aku anggurin. Ga pernah aku promosiin lagi. Endingnya jadi sedikit follower aktifnya deh, padahal followernya udah 10k an gitu.
Nah, singkat cerita. Setelah Aku dan Mas menghitung ini itu, mencari vendor-vendor yang sesuai budget, dsb. Ternyata total biaya yang diperlukan cukup membuat aku dan Mas sampai menelan ludah. Oke, mungkin buat kebanyakan orang, nilai segini itu sangat kecil. Tapi buat aku dan Mas, segitu sangat besar.
Jadi gini, menurut perhitunganku (ini udah aku rincikan seminimal mungkin. sampai aku bergadang berhari-hari mencari vendor yang murah tapi cukup berkualitas), kami membutuhkan biaya kurang lebih Rp.80.000.000,- (80 juta rupiah) dengan tamu 700 undangan / 1400 porsi + 200 porsi keluarga.
Semua itu sudah meliputi :
1. undangan
2. souvenir
3. makanan
4. seragam keluarga
5. tenda dkk (acara di rumah)
6. rias busana lengkap (pengantin, ortu, penerima tamu)
7. dokumentasi
8. pengajian di rumahku
9. seserahan
10. cincin kawin
11. mahar
Sebenernya kalau aku banyak uang, uang segitu sedikit ya. Apalagi yang diundang lumayan banyak. Tapi apa daya, keuanganku dan Mas membuat kami merasa hopeless. Kenapa gitu ?
Ayahku udah bilang kalau dia "tidak bisa membantu secara finansial", secara dia udah ga ada kerjaan sejak taksi konvensional memudar (jadi Ayah itu yang biasa setting argo taksi, bikin tower pemancar radio komunikasi, bikin penangkal petir dsb). Ditambah lagi, memang sejak Ibu meninggal, keuangan keluarga kami sangat parah. Dan itulah alasanku akhirnya berjualan online. Awalnya hanya untuk jajan selama rantau di Semarang (karena Ayah udah jarang kirimin uang), akhirnya sekarang jadi "pendapatan utama". Banyak banget orang yang suka ngomongin aku karena aku ga kerja sesuai bidang (Aku sarjana sains dr salah satu univ terbaik di Indonesia). Tapi hidup itu kan pilihan dan aku percaya, apapun yang Allah pilihkan pasti adalah yang terbaik. Kenapa aku bilang gitu ? Jadi gini, "orang-orang diluar sana ga pernah tahu gimana fisik aku, gimana kondisi aku. bisanya ya cuma ngomongin". Aku tuh udah beberapa kali interview tapi setiap balik interview (dan psikotes), badan aku sering drop (darah tinggiku kumat karena kecapekan), padahal aku udah makan dari rumah. Terus pernah juga udah diterima tapi aku ga cocok sama salary nya yang ga wajar. Aku sarjana tapi dibayar jauh di bawah anak SMA. Padahal lokasi kerja jauh, jam kerja full, dll. Bahkan lemburanpun ga dapet. Sedangkan aku tau, di Cikarang - Jababeka itu UMR nya besar. Tetanggku yang lulusan SMA aja digaji 3,8 (sesuai UMR). Ini, aku ditawarkan 1,8. Logis ga ?
Oke next, jadi ya sekarang ini aku yakin, rezekiku dari usaha kecil-kecilan ini. Memang belum besar, tapi Alhamdulillah udah bisa buat beli motor Vario 125, makan, belanja bulanan keluarga (kopi, gula, sabun, dll) dsb. Hanya saja, aku yang biasanya bisa nabung lumayan banyak, 2 bulan ini jadi tidak bisa nabung sama sekali. Bahkan uang cicilan ke bank aja, setengahnya dibantu sama Mas, karena memang online shop benar-benar tidak ada pemasukan. Aku pun akhirnya jadi guru bimbel freelance yang gajinya sangat kecil. Dalam waktu 1 jam, aku dibayar seperti aku menjual 1 produk. Dulu, waktu online shop rame, aku bisa untung jutaan dalam sehari. Sedangkan di tempat bimbel ini, penghasilan sebulanpun masih kurang buat cicilan ke bank (jadi aku pinjam uang ke bank mengunakan surat rumah - 25juta dgn alasan untuk usaha & aku gunakan uangnya beli motor cash dan sisanya buat jualan. soalnya jatuhnya lebih murah ketimbang kredit motor. Hehehe).
Tapi apa boleh buat, daripada aku stress di rumah karena gada pemasukan dari online shop, ya udah aku ngajar aja meskipun kecil bayarannya. Sedikit info, aku malas kalau buka les di rumah. Kenapa ? Anak-anak disni itu males-males buat belajar. Datang cuma 1x, 2x. Ada juga yang udah datang tapi ga bayar dan hilang entah kemana. Jadi, justru yang les di rumah adalah anak jauh (dia dulu mantan muridku di tempat bimbel sebelumnya). Oke lanjut, awalnya aku sempat optimis ngumpulin uang, karena orderan lancar banget kaya air. Tapi, sejak IG hilang itu, aku jadi pasrah.
Soalnya, Mas juga lagi pusing sekarang. Dia itu memang lebih tua 4 tahun dari aku, tapi selama ini dia masih suka nongkrong dan kalau kerja jarang awet. Nah dia baru awet di kantor sekarang, jadi baru mulai fokus ke masa depannya sekarang-sekarang ini (tepatnya pas sama aku). Gaji pokok dia kecil (1,9) dibawah UMR padahal dia lulusan D3. Tapi, bonusnya lumayan (nominalnya berbda tiap bulan , tiap orang, tergantung kebijakan atasan). Terus pas awal-awal kerja (Feb/Maret 2016) dia itu kerjanya di lapangan, jadi gaji pokoknya habis buat akomodasi dll dan endingnya dia jadi susah nabung. Nah sekitar 1 bulan lalu, dia di pindahkan di kantor. Baru deh, dia mulai bisa hemat. Nah, tapi ada ujian selajutnya nih. Di saat dia bisa hemat, keinginan bapaknya untuk umroh menguat kembali dan dia galau sekarang deh.
Tapi yang aku herankan, Ibunya dan Bapaknya selalu meminta kami segera menikah. Tapi kenapa aku sekarang merasa jadi dipersulit ya ? Kalau mereka dukung, kenapa ga bisa turunkan ego mereka?
Nah, makanya Mas pusing dan dilema. Dia mau fokus nabung buat nikahan kami tapi dia juga harus bantu biaya bapak untuk umroh. Yang bikin dia makin pusing juga karena keuangan aku lagi down. Biasanya aku yang sering bantu dia tapi sekarang, aku aja kesulitan sendiri. Sampai aku sering nahan lapar karena ga pegang uang. Sebenernya aku dan Mas rencananya mau akad & pengajian saja. Tapi kakaknya malah bilang, "amit-amit deh kalau cuma begitu, malu-maluin aja". Cuma kalau aku perhatikan, kakanya juga kaya mau ga mau buat ngebantu. Jadi, waktu itu aku nunjukkin rincian biayanya. Terus dia langsung ngomong, "coba deh kamu cari-cari lagi. dulu mbak mau nikah punya beberapa referensi terus dipilih deh yang paling murah. dulu mbak nikah cuma 45juta buat 1000 undangan kalau ga salah (pertama ketemu bilang 60juta untuk 500 undangan, terakhir ketemu berubah lagi)". Dari kalimatnya aku ngerasa kalau menurut dia kemahalan. Padahal dia nikah tahun 2007 loh, 10 tahun lalu. Kalau sekarang segitu, murah dong harusnya. Wong banyak vendor yang aku survey, mereka selalu naik sekitar 20% per tahun, ada juga per 3 bulan sekali (untuk rias busana). Bahkan untuk rias aja udah aku cari yang paling murah loh, 6juta (pengantin akad resepsi, ortu akad resepsi, 4 penerima tamu & 6 pasang keluarga). Aku sampai nurunin ego aku buat cari vendor rias yang bagus supaya budget ga terlalu besar. Tapi kenapa ngomongnya gitu coba? Buat souvenir aja, aku cuma budgetin 6ribu tapi dia waktu itu mintanya mug seharga 11ribu.
Sekarang aku bener-bener pasrah. Mas sih pengennya akhir tahun ini, kami udah dp in tenda dan rias busana supaya kami dapat harga tahun ini. Cuma dia khawatir, kalau udah DP terus uangnya nanti belum kekumpul gimana ? Jadi gimana menurut kalian? Apa nekatin aja buat Dp ? Karena aku dan Mas Alhamdulillah juga uda nemu tanggalnya.
Setelah sekian lama ga nulis dan setelah tulisan terakhir berisi kegalauan. Kini Peri hadir kembali menyapa semua pembaca.
Kali ini, Alhamdulillah hubunganku dgn Mas sudah membaik dan semakin membaik. Tepatnya sejak dia balik dari Umroh (dapat hidayah mungkin ya disana. Hehehe). Alhamdulillah niatan kami untuk menikah pun semakin kuat. Kami sudah mulai menyusun rencana perhitungan dan lain sebagainya. Tapi, yang saat ini membuat kami pusing dan (bisa dibilang hopeless) adalah karena masalah finansial.
Sudah sejak 2 bulan terakhir ini, Online Shop aku sepi banget banget. Jadi, akhir Agustus 2017 tiba-tiba akun Instagram aku dihapus gitu sama pihak Ig, ga tau alasannya kenapa. Emang sih followernya belum ratusan K, masih sekitar 15k. Tapi followernya itu banyak yang aktif, karena aku kan juga sering promosi ke selebgram menggunakan akun itu. Sebenernya aku punya akun lain, yang aku juga gunakan untuk berjualan. Tapi karena fokus sama Ig (yg sekarang hilang), Ig lama itu jadi aku anggurin. Ga pernah aku promosiin lagi. Endingnya jadi sedikit follower aktifnya deh, padahal followernya udah 10k an gitu.
Nah, singkat cerita. Setelah Aku dan Mas menghitung ini itu, mencari vendor-vendor yang sesuai budget, dsb. Ternyata total biaya yang diperlukan cukup membuat aku dan Mas sampai menelan ludah. Oke, mungkin buat kebanyakan orang, nilai segini itu sangat kecil. Tapi buat aku dan Mas, segitu sangat besar.
Jadi gini, menurut perhitunganku (ini udah aku rincikan seminimal mungkin. sampai aku bergadang berhari-hari mencari vendor yang murah tapi cukup berkualitas), kami membutuhkan biaya kurang lebih Rp.80.000.000,- (80 juta rupiah) dengan tamu 700 undangan / 1400 porsi + 200 porsi keluarga.
Semua itu sudah meliputi :
1. undangan
2. souvenir
3. makanan
4. seragam keluarga
5. tenda dkk (acara di rumah)
6. rias busana lengkap (pengantin, ortu, penerima tamu)
7. dokumentasi
8. pengajian di rumahku
9. seserahan
10. cincin kawin
11. mahar
Sebenernya kalau aku banyak uang, uang segitu sedikit ya. Apalagi yang diundang lumayan banyak. Tapi apa daya, keuanganku dan Mas membuat kami merasa hopeless. Kenapa gitu ?
Ayahku udah bilang kalau dia "tidak bisa membantu secara finansial", secara dia udah ga ada kerjaan sejak taksi konvensional memudar (jadi Ayah itu yang biasa setting argo taksi, bikin tower pemancar radio komunikasi, bikin penangkal petir dsb). Ditambah lagi, memang sejak Ibu meninggal, keuangan keluarga kami sangat parah. Dan itulah alasanku akhirnya berjualan online. Awalnya hanya untuk jajan selama rantau di Semarang (karena Ayah udah jarang kirimin uang), akhirnya sekarang jadi "pendapatan utama". Banyak banget orang yang suka ngomongin aku karena aku ga kerja sesuai bidang (Aku sarjana sains dr salah satu univ terbaik di Indonesia). Tapi hidup itu kan pilihan dan aku percaya, apapun yang Allah pilihkan pasti adalah yang terbaik. Kenapa aku bilang gitu ? Jadi gini, "orang-orang diluar sana ga pernah tahu gimana fisik aku, gimana kondisi aku. bisanya ya cuma ngomongin". Aku tuh udah beberapa kali interview tapi setiap balik interview (dan psikotes), badan aku sering drop (darah tinggiku kumat karena kecapekan), padahal aku udah makan dari rumah. Terus pernah juga udah diterima tapi aku ga cocok sama salary nya yang ga wajar. Aku sarjana tapi dibayar jauh di bawah anak SMA. Padahal lokasi kerja jauh, jam kerja full, dll. Bahkan lemburanpun ga dapet. Sedangkan aku tau, di Cikarang - Jababeka itu UMR nya besar. Tetanggku yang lulusan SMA aja digaji 3,8 (sesuai UMR). Ini, aku ditawarkan 1,8. Logis ga ?
Oke next, jadi ya sekarang ini aku yakin, rezekiku dari usaha kecil-kecilan ini. Memang belum besar, tapi Alhamdulillah udah bisa buat beli motor Vario 125, makan, belanja bulanan keluarga (kopi, gula, sabun, dll) dsb. Hanya saja, aku yang biasanya bisa nabung lumayan banyak, 2 bulan ini jadi tidak bisa nabung sama sekali. Bahkan uang cicilan ke bank aja, setengahnya dibantu sama Mas, karena memang online shop benar-benar tidak ada pemasukan. Aku pun akhirnya jadi guru bimbel freelance yang gajinya sangat kecil. Dalam waktu 1 jam, aku dibayar seperti aku menjual 1 produk. Dulu, waktu online shop rame, aku bisa untung jutaan dalam sehari. Sedangkan di tempat bimbel ini, penghasilan sebulanpun masih kurang buat cicilan ke bank (jadi aku pinjam uang ke bank mengunakan surat rumah - 25juta dgn alasan untuk usaha & aku gunakan uangnya beli motor cash dan sisanya buat jualan. soalnya jatuhnya lebih murah ketimbang kredit motor. Hehehe).
Tapi apa boleh buat, daripada aku stress di rumah karena gada pemasukan dari online shop, ya udah aku ngajar aja meskipun kecil bayarannya. Sedikit info, aku malas kalau buka les di rumah. Kenapa ? Anak-anak disni itu males-males buat belajar. Datang cuma 1x, 2x. Ada juga yang udah datang tapi ga bayar dan hilang entah kemana. Jadi, justru yang les di rumah adalah anak jauh (dia dulu mantan muridku di tempat bimbel sebelumnya). Oke lanjut, awalnya aku sempat optimis ngumpulin uang, karena orderan lancar banget kaya air. Tapi, sejak IG hilang itu, aku jadi pasrah.
Soalnya, Mas juga lagi pusing sekarang. Dia itu memang lebih tua 4 tahun dari aku, tapi selama ini dia masih suka nongkrong dan kalau kerja jarang awet. Nah dia baru awet di kantor sekarang, jadi baru mulai fokus ke masa depannya sekarang-sekarang ini (tepatnya pas sama aku). Gaji pokok dia kecil (1,9) dibawah UMR padahal dia lulusan D3. Tapi, bonusnya lumayan (nominalnya berbda tiap bulan , tiap orang, tergantung kebijakan atasan). Terus pas awal-awal kerja (Feb/Maret 2016) dia itu kerjanya di lapangan, jadi gaji pokoknya habis buat akomodasi dll dan endingnya dia jadi susah nabung. Nah sekitar 1 bulan lalu, dia di pindahkan di kantor. Baru deh, dia mulai bisa hemat. Nah, tapi ada ujian selajutnya nih. Di saat dia bisa hemat, keinginan bapaknya untuk umroh menguat kembali dan dia galau sekarang deh.
Jadi gini, sebenarnya dari awal di kantor ini, dia udah ada tabungan sekitar 20juta (kata dia). Tapiiiii, uangnya dipake sama Ibunya buat bangun tanah belakang. Jadi, belakang rumahnya ada tanah kosong, nah tanahnya dibangun kamar dan tempat cuci gitu. Belum rapih banget sih tapi cukup merogoh kocek. Ibunya mungkin gatau kalau dia ada keinginan mau nikah sama aku, jadi dipakelah uangnya. Tapi sempat sih Ibunya ngomong katanya buat kamar Mas dan istrinya nanti. Lah kalau dipake duluan ngebangun, uang buat nikah gimana ??? Padahal dia itu anak ketiga loh dan kaka pertamanya udah PNS & mapan, bapaknya juga pensiunan PNS (Gol IVA kalau ga salah liat tapi udah pesiun 11 tahun lalu) tapi entahlah. Ga bisa komentar banyak. Terus, disaat dia udah fokus nabung buat nikahan kami, keinginan Bapaknya buat umroh kembali menguat. Waktu itu udah adem ayem, aku fikir Bapaknya mau bersabar menahan keinginannya supaya dia umrohnya nantia aja, pas aku dan Mas udah nikah. Tapi ternyata? Dia bener-bener pengen dan mintanya Desember ini sudah umroh. Memang Mas sempat nyesal juga. Dia gatau kalau umroh dari kantor boleh dialihkan ke keluarga. Dia baru tau pas udah mau berangkat, kalau dia tahu, pasti umrohnya dikasih ke bapak kan?
Tapi yang aku herankan, Ibunya dan Bapaknya selalu meminta kami segera menikah. Tapi kenapa aku sekarang merasa jadi dipersulit ya ? Kalau mereka dukung, kenapa ga bisa turunkan ego mereka?
Nah, makanya Mas pusing dan dilema. Dia mau fokus nabung buat nikahan kami tapi dia juga harus bantu biaya bapak untuk umroh. Yang bikin dia makin pusing juga karena keuangan aku lagi down. Biasanya aku yang sering bantu dia tapi sekarang, aku aja kesulitan sendiri. Sampai aku sering nahan lapar karena ga pegang uang. Sebenernya aku dan Mas rencananya mau akad & pengajian saja. Tapi kakaknya malah bilang, "amit-amit deh kalau cuma begitu, malu-maluin aja". Cuma kalau aku perhatikan, kakanya juga kaya mau ga mau buat ngebantu. Jadi, waktu itu aku nunjukkin rincian biayanya. Terus dia langsung ngomong, "coba deh kamu cari-cari lagi. dulu mbak mau nikah punya beberapa referensi terus dipilih deh yang paling murah. dulu mbak nikah cuma 45juta buat 1000 undangan kalau ga salah (pertama ketemu bilang 60juta untuk 500 undangan, terakhir ketemu berubah lagi)". Dari kalimatnya aku ngerasa kalau menurut dia kemahalan. Padahal dia nikah tahun 2007 loh, 10 tahun lalu. Kalau sekarang segitu, murah dong harusnya. Wong banyak vendor yang aku survey, mereka selalu naik sekitar 20% per tahun, ada juga per 3 bulan sekali (untuk rias busana). Bahkan untuk rias aja udah aku cari yang paling murah loh, 6juta (pengantin akad resepsi, ortu akad resepsi, 4 penerima tamu & 6 pasang keluarga). Aku sampai nurunin ego aku buat cari vendor rias yang bagus supaya budget ga terlalu besar. Tapi kenapa ngomongnya gitu coba? Buat souvenir aja, aku cuma budgetin 6ribu tapi dia waktu itu mintanya mug seharga 11ribu.
Sekarang aku bener-bener pasrah. Mas sih pengennya akhir tahun ini, kami udah dp in tenda dan rias busana supaya kami dapat harga tahun ini. Cuma dia khawatir, kalau udah DP terus uangnya nanti belum kekumpul gimana ? Jadi gimana menurut kalian? Apa nekatin aja buat Dp ? Karena aku dan Mas Alhamdulillah juga uda nemu tanggalnya.